[Book Review] Déessert by Elsa Puspita

Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Tapi, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Dengan sosok yang jauh berbeda daru masa lalu. Lebih tampan, lebih berkharisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati?

“Setelah hari itu, Dewa menyadari kalau Naya tidak pernah lagi menjawab asal atas sekua pertanyaannya.”—hlm. 81

Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai chef pastry. Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.

“Kamu sama Dewa itu masih rusak. Kalian bisa sok nggak peduli, padahal dalamnya sama-sama berantakan.”

Suasana makin diperparah dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin di antara mereka tampaknya akan meledak, memuntahkan segala ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum sepenuhnya selesai.

“Udah lewat, tapi belum selesai.” hlm. 243


image
Dok. Pribadi

Paperback, 318 pages
Published March 28th 2016 by Bentang Pustaka
ISBN13 9786022911210
Read via iJakarta
Rating: ⭐⭐⭐⭐


Akhirnya saya selesai membaca seri Yummylit!! Eh sok tau, Yummylit udah nambah lho. Kalau nggak salah nambah tiga lagi. Duh, kapan ya saya baca? Yang penting, mari kita beri applause untuk Bentang Pustaka yang telah menerbitkan serial luar biasa kece ini! Bagaimana tidak, tiga buku Yummylit pertama berhasil membuat saya jatuh cinta! Dari Il Tiramisu yang mengenalkan saya pada kenangan pahit akan masa kecil, Strawberry Cheesecake manisnya perjuangan cinta, dan Déessert dengan kesalahpahaman yang membuat amarah memuncak.

“Rasa sakit yang sama masih sering terasa setiap kali dia mengingat kenagan buruk itu. Hal yang membuatnya tidak pernah lagi percaya penuh kepada laki-laki.”

Sama dengan dua novel sebelumnya, saya dibuat lapar dengan Déessert. Padahal baru awal, baru pengenalan kehidupan Dewa di Australia yang lagi masak pancake! Saya lebay deh.

“Nay, ehm, mau ikut jajan pempek panggang nggak?” hlm. 160 (AKU MAU DONG NYOBAIN PEMPEK PANGGANG! GIMANA RASANYA? ENAK? #Nggaksantai)

Karena saya langsung lanjut baca Déessert setelah Strawberry Cheesecake, saya menjadi lebih tenang ketika membaca ini. Berbeda sekali dengan Strawberry Cheesecake yang punya humor di banyak tempat, Déessert menggunakan narasi untuk membuat pembaca larut dalam cerita.

Tiga novel Yummylit yang pertama kali terbit—Il Tiramisu, Strawberry Cheesecake, dan Déessert—sama-sama menciptakan karakter yang dekat dengan dunia pertelevisian. Dari penyanyi, artis, dan host.

Tema “berdamai dengan masa lalu” juga dibuat kental, sama dengan dua buku lainnya.

Kalau diingat-ingat, cerita Déessert lebih menyakitkan dari Strawberry Cheesecake. Mirip-miriplah sama Il Tiramisu.

Perbedaan Déessert dengan Il Tiramisu dan Strawberry Cheesecake adalah dua tokoh utama Déessert sama-sama bergelut di bidang kuliner. Dewa sebagai chef pastry, dan Naya sebagai mantan host kuliner yang kerjaannya nyicipin makanan mulu.

“Belajar masak, Nay. Kasihan suami kamu kalau harus nanggung beli makanan lima kali sehari.” hlm. 196 (Halah, kalo suaminya Nay itu Dewa, nggak akan kelaparan kok, Kak Damar.)

image
Source: food.onehowto.com

CHARACTERS
Kali ini beri applause untuk para penulisnya! Tiga penulis dengan tiga novel dan tiga pasang tokoh utama hebat sekali membuat karakter yang bikin saya jadi tambah cinta banget laki-laki fiksi😔.

Interaksi Dewa-Naya itu lhoo! bikin jejeritan frustrasi. Gengsi mereka gede banget! Sama kayak saya sih.😓

Jadi, selain rupawan dan bikin pembaca baperan, cowok-cowok di Yummylit ini juga cerdas! Sebenarnya penulisnya sih yang cerdas, anggap aja suatu gebrakan gitu deh. Pinter masak, pinter beralasan, pinter akademik, pinter ngomong.

“Kamu nggak tahu apa-apa soal cinta!
“Dan, kamu ngerasa udah paham banget?” hlm. 235 (Dari sini karakter Dewa yang udah dewasa kentara banget. Padahal lebih muda setahun daripada Naya dan waktu remaja Dewa penggambaran Dewa sama sekali nggak kayak anak dewasa tapi remaja pendiam.)

Tokoh antagonis tentu aja ada. Sumpah ya, saya nggak suka Ava! Kak Elsa berhasil banget bikin Ava jadi jahat. Tokoh lain seperti Lulu, Kak Damar, dan Arfan juga punya peran pas di cerita ini.

“Kamu bisa terima dia lagi, tapi nggak mau sama aku? Aku jauh lebih segala-galanya daripada dia!
“Itu bikin kamu gampang dapat yang lebih segala-galanya daripada aku.” hlm. 249 (Dewa cerdas ya?)

Naya punya Kak Damar sebagai tempat bersandar, bikin saya ingat kalau dulu saya pernah pengen punya kakak cowok. Tapi mana bisa ibu saya buatin. LOL.

“Niat nikah bakal dateng seiring ketemunya calon yang tepat, Adikku.”—hlm. 84

Paling saya suka sih karakter Dewa😚. Dia serasa nyata banget. Padahal hari-hari udah berlalu tapi masih kebayang-bayang. Efeknya sama seperti ketika aku baca Il Tiramisu.

image
Source: yummylit.com

STYLE
Model penceritaannya nggak buru-buru. Ada tahapan mengungkit masa lalu dari sedikit demi sedikit.

Narasi yang ditulis Elsa Puspita benar-benar sukses menceritakan kehidupan tokoh. Baik masa kini maupun masa lalu. Hal ini pula yang membuat saya mengenang sesuatu dan menyimpulkan bahwa memang benar kalau sebenarnya mengingat masa lalu itu bukan hanya karena gagal move on atau baper. Tapi karena sebenarnya kita ingin berdamai dengan masa lalu.

Déessert pakai POV 3 dan tanpa sadar penulis juga menceritakan kejadian dari setiap tokoh tanpa tanda. Udah mulus bangetlah cara Elsa bercerita. Duuuh. Penulis ini bikin iri deh😞.

Adegan macam sinteron/film tetap ada. Yaitu ketika keduanya di satu waktu sama-sama terbelenggu lagi oleh mantan dan cemburu. Itu lho kalo di film/sinetron tiap si tokoh cowok galau, tokoh ceweknya juga lagi galau. Macam itu deh. Adegan “tanpa sengaja” juga ada.

Membaca cerita Naya dan Dewa yang mulai mencair dan baikan sambil dengerin Try-nya Simple Plan berhasil bikin perasaan saya meleleh. Cerita masa lalu, perjuangan menjelaskan kesalahpahaman, perjuangan meruntuhkan ego cocok banget feel-nya sama nada Try.

Kalau diinget-inget, novel ini banyak konflik besarnya. Pasalnya Dewa sama Naya emang berantem mulu. Dan klimaks-nya cuma sebentar malah rasanya klimaksnya nggak ada di cerita itu sendiri tapi setelah kita membaca dan hanyut dari awal baru kita sadar itu semua adalah kumpulan cerita yang menyakitkannya kayak klimaks.

“If you make a girl laugh, she likes you, but if you make her cry, she loves you. But, the real gentleman never wants to make his girl cry, doesn’t he?” hlm. 271 (Kayak kenal dengan kalimat pertama, itu quote dari mana ya?)

Hingga akhirnya keduanya meluruh bersamaan player musik saya berganti ke ost. Billionare. Nadanya cocok sama keadaan ini!!! Adegan di dapur Bakery Déessert sangat “agh” 😢. Tapi kalau boleh saran, penulis Indonesia jangan ikut-ikutan budaya penulis luar negeri yang bebas menulis adegan ciuman dan sebagainya. Sama sekali bukan khas Indonesia. ☺ (Habis kecewa nonton film Indonesia yang udah mulai terpengaruh budaya barat.)

image
Sreenshoots dari applikasi iJakarta

SHORTAGE
Kesalahan ada di bab awal, bagian titimangsa. 2004 mereka masih SMA dan kemudian 1st Table punya titimangsa yang sama padahal udah pada kerja.

Juga waktu Dewa mulai masak di Dapoer Ketje, Naya harusnya mendekati Arfan bukan Dewa. Halaman 96.

Dari awal sampai akhir, mungkknsaya yang nggak ngeh, penjelasan bagaimana Dewa bisa suka masak kok nggak diceritain ya?

POINT PLUS
Tema kulinernya kuat. Makanannya banyak sampai saya lupa. Cukup banyak jenis Déssert pernah disebut di sini, dessert atau makanan modern yang dikombinasi dengan makanan tradisional juga banyak, kreatif deh, pantes keren risetnya langsung dari ahlinya a.k.a master chef😄. Filosofi nama Déessert juga dapat. Karakternya warbiyasah bikin pembaca berderet jadi fansnya Dewa.

“Melahap lagi makanan kenagan ini pasti akan menyiksa diri sendiri. Menyiksa hati lebih tepatnya.”—hlm. 101

FAVORITES
Bagian favorit saya? Hmm salah satunya sih waktu Dewa iseng buatin Naya bolu labu atau bolu jahe padahal Naya anti jahe. Filosofi-nya kece parah. Yup, setuju kalau Dewa bisa disebut emang kayak bolu jahe itu. Luarnya dibenci sama Naya tapi dalamnya masih Dewa yang dulu pernah Naya cinta. Tapi yang selanjutnya bikin tutup muka. Duh, aku masih di bawah umur. Hehehe

“Ayo kita ngomong.
“Apa yang mau kamu tanyain?
“Apa yang mau kamu omongin?
“Aku sayang kamu.”(AAARGGH!! Kak Elsa menyebalkan!)

image
Dari sekian banyak novelnya Kak Elsa, mana yang udah kamu baca? Udah baca semuaa?! Waw!

OVERALL
Saya suka novel ini, nggak ada rasa kecewanya sedikit pun. Gaya bercerita udah nggak perlu ditanyain, mirip-mirip kayak Dy Lunaly. Jangan-jangan mereka kembar? Soalnya tiap Kak Dy nerbitin buku Kak Elsa juga iya sih :3

Sebenarnya saya baru baca Wonderfully Stupid, Lovhobia, dan Déessert dari sekian banyak novelnya Elsa Puspita. Tapi saya sudah suka banget sama dia sejak saya kenal karakter terunik, Arsen. 😅 Bahkan dia salah satu penulis yang menginspirasi saya dalam membuat cerita. Sukses terus ya, Kak Elsa!😘

Btw, dari novel ini dan novel-novel lainnya, banyak yang ngelamar cewek tanpa acara romantis-romantisan. Lagi model ya ngelamar blak-blakan gitu? Hng! Malah lebih bikin baper.

“This is not the ending. Because, we always have an empty place to tell our endless story. ❤D.”—hlm. 62

image
Ada pesan nih dari Kak Elsa, dipenuhi ya! Mending nyari gratisan ori lewat kuis daripada bajakan😆😆

2 Comments

  1. Saya belum selesai baca ceritanya di Ijak. Soalnya saya harus baca yang lebih urgent dulu. Tapi, sumpah, novel ini manis banget dan memberikan inspirasi yang good

    Like

Leave a comment