[Book Review] Matahari by Tere Liye

Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orangtuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru-gurunya, teman-teman sekelasnya. Semua membosankan baginya. Tapi sejak dia mengetahui ada yang aneh pada diriku dan Seli, teman sekelasnya, hidupnya yang membosankan berubah seru. Aku bisa menghilang, dan Seli bisa mengeluarkan petir. Ali sendiri punya rahasia kecil. Dia bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami bertiga kemudian bertualang ke tempat-tempat menakjubkan. Namanya Ali. Dia tahu sejak dulu dunia ini tidak sesederhana yang dilihat orang. Dan di atas segalanya, dia akhirnya tahu persahabatan adalah hal yang paling utama.

“Hanya soal waktu kami akan kembali.”—hlm. 390


image

Paperback, 390 pages
Published July 25th 2016 by Gramedia Pustaka Utama
ISBN13 9786020332116
Seri: Bumi #3
Characters: Raib, Seli, Ali
Rating: ⭐⭐⭐⭐


SINOPSIS

“Dunia paralel itu seperti lapangan luas yang di dalamnya ada lapangan voli, basket, sepak bola, serta bulu tangkis secara simultan. Keempat klan ada di atas lapangan yang sama, empat pertandingan berlangsung serentak, tanpa pemain saling ganggu, karena mereka dipisahkan oleh keberadaan fisik yang berbeda.”—hlm. 69

Karya Tere Liye kedua yang saya baca, seharusnya sih tiga tapi novel Bulan saya ‘lewati’ karena alasan waktu. Haha.

Masih menceritakan tentang petualangan Raib, Seli dan Ali yang kali ini menjelajahi Klan Bintang. Memang kurang sinkron dengan judulnya, tapi menurut saya ini adalah teka-teki yang dibuat Tere Liye dan hanya akan terungkap apa maksud pemberian judul seperti ini setelah serial ini berakhir.

“Ini titik di mana kami tidak bisa lagi mundur atau mengubah rencana. Hanya bisa fokus terus maju.”—hlm. 284

Klan Bintang merupakan klan paling maju pada masa kini juga paling rumit. Memiliki teknologi melebihi klan Bulan bahkan Matahari, dan tak dapat disangkal, Klan Bintang memiliki teknologi campuran antara tiga klan permukaan (Bumi, Bulan, Matahari). Di sini semua dikendalikan oleh Dewan Kota yang memberlakukan larangan penduduk menggunakan kekuatan klan Bulan dan Matahari. Itu membuat penduduk terancam sekalipun teknologi mereka paling tinggi.

“Berapa usia planet bumi? Miliaran tahun. Apakah manusia benar-benar menguasai bumi? Tidak juga. Alam yang lebih menguasai bumi.”—hlm. 180

Klan ini juga tidak diketahui keberadaannya oleh orang biasa. Karena sedikitnya informasi tentang keberadaan Klan Bintang juga tentang fakta orang tua Raib, Ali merasa sangat penasaran hingga akhirnya mencoba membuat teknologi untuk mencapai Klan Bintang dibantu tabung kecil berisi data perpustakaan Klan Bulan dari Av.

Petualangan mereka yang hanya berdasar rasa ingin tahu malah berubah menjadi malapetaka. Dewan Kota Klan Bintang tak menyetujui kedatangan ilegal mereka. Mereka akan ditahan dan terpaksa menjadi buronan. Mereka juga harus mengeluarkan kekuatan masing-masing untuk bertarung dengan Pasukan Bintang dan pada akhirnya sesuatu yang buruk membuat mereka harus meneruskan kabar ke Klan Bulan dan Matahari (bersambung ke buku keempat, BINTANG).

“Gempa skala kecil hingga sedang yang terjadi berkali-kali, itu jaug lebih baik daripada satu gempa mematikan yang menghabisi semuanya.”—hlm. 181


image

REVIEW

SAY SOMETHING
Sebelumnya, saya harus mengucapkan maaf kepada penulis karena saya tidak membaca karya beliau sejak dulu. Kenapa? Karena kalau saya tahu serial Bumi akan seperti ini isinya saya pasti jadi fans beliau. Tapi pikiran saya selalu dipenuhi dengan “Ah Tere Liye itu bahasanya tingkat tinggi, sastra banget dia.” atau yang lebih judgment “Nggak deh, kebanyakan isinya politik atau buku anak-anak yang banyak kata mutiaranya.” huhuhu maafkan saya.😥

Hmm tapi judgment saya yang terakhir itu memang sedikit benar lho. Tere Liye memiliki gaya bercerita yang pas untuk bacaan anak-anak, remaja. Pembawaan yang lancar, lugas, tidak terburu-buru dan tentu saja sopan penuh pesan moral.

“Jangan cemaskan sesuatu yang belum terjadi, Nak. Kita selalu bisa mengubah jalan cerita dengan ketulusan.”—hlm. 389

GENRE
Setelah saya membaca Bumi, blar! Saya merasa harus menyelesaikan dari buku pertama sampai serial ini berakhir. Fantastis! Ini merupakan salah satu fantasy Indonesia terhebat!

Kalau saja serial ini difilmkan, saya yakin eksistensinya akan mendekati film Hunger Game, Divergent, Harry Potter, I Am Number Four. Kenapa? Karena unsur-unsur di film-film tersebut ada di buku-buku ini dan dikembangkan lebih ‘gila’ lagi. Asal jangan Ph ituu yang bikin filmnya. Ph yg buat elang raksasa itu.

Cukup sulit menentukan buku ini akan diberi rating berapa. Karena yah, ini belum berakhir secara penuh. Masih ada buku lain. Gantung banget ish. Tapi tetap saja inti  permasalahannya sudah selesai tiap buku.

EVENTS
Ketika saya membaca sampai halaman dua puluhan, saya—yang belum membaca Bulan—terkejut karena Ily dikabarkan meninggal. OhmyGod. Pada saat itu saya sedih sekali walaupun tidak tahu peristiwa seperti apa yang menewaskan Ily. Nggak percaya Ily bakal mati, ketika pertama kenal Ily di buku Bumi ekspektasi saya sudah tinggi tentang peran Ily di kehidupan Raib. Nggak nyangka bakal seperti ini.😭

“Tidak pernah ada penduduk Klan Bulan yang pernah bertarung di Klan Matahari sehebat Ily.”—hlm. 23

SIMILAR
Membaca cerita di Klan Bintang yang paling ‘jauh’ dari klan lain, bayangan saya seperti berpetualang di Amerika ketika peradaban bangsa Aztec, Inca, dan Maya berkembang. Dengan teknologi yang tinggi dan orang-orang asing. Saya juga teringat akan film ‘Journey to the Center of the Earth’ yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Intinya, ada kehidupan di bawah sana.

‘Tempat jauh’ juga membuat saya mencari tahu soal hal tersebut lalu saya menemukan fakta bahwa topik ‘tempat jauh’ pernah hangat di tahun 2015. Apakah Tere Liye terinspirasi dari isu tersebut?

image

PLOT
Thomas Robert Malthus mengatakan sebuah teori lewat bukunya yang berjudul An Essay on The Principal of Population bahwa suatu saat, populasi manusia akan melebihi ketersediaan pangan sehingga di dunia ini akan terjadi kelaparan di mana-mana. Tapi Malthus melupakan satu hal. Perkembangan IPTEK. Dari teori ini, saya teringat bahwa Klan Bintang di cerita ini berhasil membuktikan bahwa teknologi dapat merekayasa apa pun. Membuat yang tidak ada menjadi ada dan sebaliknya. Contohnya makanan di Klan Bintang yang isinya hanya bubur. Makanan itu memanglah bubur, tapi rasa tergantung pada pikiran atau suasana hati orang yang memakan. Contoh lain lagi pakaian Klan Bintang dapat diubah modelnya sewaktu-waktu.

Dari pengetahuan itu, saya penasaran apakah Tere Liye juga mendapat inspirasi dari teori Malthus itukah?

“Jika kehidupan menjadi sangat mudah dengan pengetahuan, lantas di mana seninya?”—hlm. 256

CHARACTER
Dari awal membaca Bumi saya sudah attracted dengan karakter Ali. Dia ini sejenis Matahari Senja di novel Jingga dan Senja karya Esti Kinasih. Sama-sama bandel tapi cerdas, tidak mudah ditebak suasana hatinya, tidak mudah diatur, termasuk soal sekolah. Karakternya juga kuat walau dalam bayangan saya Raib, Seli, Ali terlihat seperti anak kecil bukan remaja yang berpetualang. Selain itu semua, Ali juga punya humor yang bisa menurunkan ketegangan beberapa saat.

“Si biang kerok ini, dalam situasi tertentu, bisa membuat suasana tegang menjadi lebih santai.”—hlm. 287

Apalagi bagian ini. Ketika Ali mengancam Pasukan Bintang. Konyol banget. Hahaha.😂

“Hei, aku yang lebih dulu menyuruh kalian menyerah. Kalian tidak bisa menyuruh orang yang meminta kalian menyerah untuk menyerah. Enak saja.”—hlm. 375

Kalau dibayangin ya, Raib itu seperti Harry Potter: berani, kuat, pantang menyerah, keras kepala.

Lalu Seli itu seperti Ron Weasley: setia kawan, kadang ketakutan tapi bisa juga menjadi sangat kuat. Btw, kekuatan Seli di sini keren banget lho! Berkembang drastis!

“Setiap kali mereka habis bertempur dan pertempuran itu tidak mampu membuat mereka kalah, maka akan pulih dengan kekuatan berlipat-lipat.”—hlm. 376

Kalau Ali itu seperti Hermione Granger. Cerdas abiis!

image

FEELING
Saya sempat sedih ketika tahu Ily meninggal. Tapi saya juga sedih ketika mereka kalah. Apalagi ketika Ali tidak dapat menahan serangan armada Klan Bintang. Rasanya mereka seperti kalah telak.

“Akan selalu ada jalan keluar sepanjang kita terus berpikir positif…”—hlm. 338

Dan satu lagi, sssttt, saya baper sama kata-kata Ali pas ini:

“Kamu baik-baik saja, Ra? Kamu tidak terluka?”—hlm. 336

PLOT
Alur serial Bumi bagi saya cukup lambat, hal ini karena deskripsi yang dijelaskan penulis sangat detail, jadi sekali kita melewatkan sesuatu bayangan kita akan terganggu. Terutama di bagian berperang. Sangaat detail jadi lama sekali padahal timing ceritanya pendek. Hal seperti ini sama detailnya dengan serial novel Gajah Mada karya Langit Kresna atau serial novel D’Angel karya Luna Torashyngu. Tapi karena kedetailan itu saya merasa sangat terlarut dalam cerita ini, seakan-akan sayalah yang jadi Raib.

POV
Lho kok Raib? Memang sih di blurb Matahari seperti condong ke POV Ali—menceritakan tentang Ali—tapi nyatanya POV tetap di tangan Raib. Sama seperti dua buku sebelumnya. Di buku Bulan walaupun blurbnya menceritakan Seli, tapi yang jadi POV tetap Raib. Ckckck ini nih yang bikin saya takjub dengan Tere Liye. Cerdas. Hebat. Warbiyasah!

Di dalam sini juga diceritakan soal si Tanpa Mahkota. Kalian pasti sudah tahu dari dulu siapa si Tanpa Mahkota itu. Nah di sini peran cerita si Tanpa Mahkota dan Buku Kehidupan sangat berpengaruh dalam tujuan berpetualan ke Klan Bintang. Apakah itu? Tujuan mereka ke Klan Bintang adalah mencari tahu siapa orang tua Raib. Simpel kan? Tapi perjalanan mereka nggak sesimpel itu. Bahkan untuk mencapai tujuan itu mereka butuh petualangan yang lebih lama.

“Kenapa bentukku seperti buku? Karena itu simbol pengetahuan dan keabadian. Sesuatu akan bertahan lebih lama saat diwariskan lewat buku, dituliskan.”—hlm. 357

TRUSTEESHIP
Di atas saya sudah menjelaskan kalau karya-karya Tere Liye selalu memiliki pesan yang membangun karakter pembaca. Hal tersebut juga ada di buku Matahari. Buku Kehidupan yang kalian tahu, ternyata hanyalah tiiiiiit dan ada alasan kenapa dibuat seperti itu.

Buku kematian dan kehidupan seperti “buku” amal kita yang dimiliki malaikat Raqib-Atid. Buku Kehidupan akan dihiasi ketulusan dan kebaikan hati. Sedangkan Buku Kematian akan dihiasi oleh ambisi, dengki, niat jahat sang pemilik.

“Pelajarilah catatan-catatan lama, kisah para petarung terbaik Klan Bulan, mungkin dari sana kau akan tahu jalan keluarnya.”—hlm. 359 (Kutipan ini seperti amanat bahwa kita harus belajar dari pengalaman terdahulu.)

ENDING
Bagi saya sih endingnya Matahari lebih baik daripada Bumi yang terkesan terlalu ‘mudah’. Di Matahari ini seluruh rangkaian konflik diakhiri dengan klimaks yang mudah dicerna—dari faktor kebangkitan perlawanan ini bukan karena ‘tiba-tiba’. Kalalu di Bumi kan kekalahan Tamus karena Ali berubah jadi beruang. Kalau di Matahari kekalahan Dewan Kota karena daya pikir yang logis.

UNIQUENESS
Kalau Klan Bulan menyukai bangunan dengan tiang-tiang tinggi, Klan Matahari menyukai bangunan kotak. Kalau Klan Bintang menyukai bentuk simetris. Sampai-sampai nama pun simetris. Contohnya Faarazaraaf, Kota Zaramaraz, Laarataraal, dll.

“Sudah menjadi pola hidup, simbol keseimbangan, keteraturan.”—hlm. 194

SHORTAGE
Klan Bintang juga mempunyai bahasa yang berbeda dengan Klan lain, tapi di sini Raib, Seli dan Ali dapat memahami bahkan berbicara dengan orang Klan Bintang. Memang sebelumnya ada adegan bahwa tiga remaja itu sedang menggunakan anting penerjemah, tapi selanjutnya tidak lagi dijelaskan.

Buku yang saya baca ini cetakan kedua, Agustus 2016, dan ada banyak typo di buku ini. Nggak terlalu parah cuma harus disempurnakan lagi.

“Setidaknya, meskipun Av tidak bisa menghidupkan Ilo…”—hlm. 18 seharusnya Ily bukan Ilo

OVERALL
Ouch!!! Saya nggak sabar menunggu kelanjutan ceritanya! Memang sih saya belum sepat membaca Bulan, tapi menurut saya buku Matahari ini mampu menjelaskan dengan baik apa aja yang terjadi di buku Bulan ditambah dasar-dasar cerita ada di buku Bumi. Kalau udah baca Bumi, Matahari pun bisa diraih. Hahaha

Favorit saya ada di bagian antiklimaks. Keren banget si Raib bisa berpikiran seperti itu. Penyelesaiannya warbiyasaah!!

Cerita ini bisa (harus) dibaca semua orang kok. Mulai dari child, teen, ‘till adult. Bagaiakan Harry Potter-nya Indonesia cuma bedanya HP itu sihir, kalau ini teknologi mutakhir.

image


UPDATE 24 Nov 2016

Wow! Aku nggak nyangka bakal menang. Kenapa? Karena ini Tere Liye! Ini GPU! Pasti pesaingku kerennya parah banget. Sebelum aku ikutan aku udah pesimis dulu, bahkan sampai berpikir untuk nggak ikut aja. Tapi temanku merecokiku buat ikut. Akhirnya aku ikut berbekal buku pinjaman dan materi pelajaran sekolah. Jadi seperti ini deh hasilnya. Lalu aku berkali-kali minta doa sama temanku itu (ssstt… Menurutku ya, dia kalau soal doa pasti didengar Allah. Dia anak alim, anak pesantren pula. Amalnya insyaallah banyak. Wkwk)

Dan kemarin hari Selasa, 22 November 2016… Aku mau cerita rinci hari itu di postingan selanjutnya. Tungguin ya!!

Terima kasih Allah SWT, GPU, Tere Liye, Ulqi, Ulfa, teman-teman, kakak-kakak blogger senior, dan lain-lain (silakan cantumkan nama di bawah untuk kuucapkan terima kasih #plak)

Terima kasih,
Love you so much,

image

31 Comments

  1. Resensinya keren 🙂 Setuju kalau Raib, Seli dan Ali itu mengingatkan pada harry potter dkk. Dan akan tambah seru kalau bahasa Bulan dan Bintang dibuat macam bahasa para elf di Lord of The Rings. Btw, selamat ya. 🙂

    Like

  2. Keren,, tidak terlalu spoiler,, meloncat-loncat tak karuan,, imajinasimu “warbiyasah”,, niru gaya bicaranya,,

    Pantas untuk menjadi nomor satu,, saluut,, terus berkarya,, 🙂

    Like

  3. Selamat atas kemenanganx, menyisihkan banyak peserta(trmsk diriq) 😂
    Resensinya keren, ap jurusan bhs??
    Dan kykx ud bxk menelan buku fantasi 😆

    Like

      1. hmmm.. sama dg diriku, dulu SMA nya IPS, suka fantasi jg….
        Tp wow.. msh SMA tulisannya keren (y)
        go A HEAD!

        Like

Leave a comment